Wayang Golek: Menelusuri Sejarah dan Makna di Balik Boneka Kayu
Wayang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan seni dan budaya Indonesia sejak zaman kerajaan. Seiring berjalannya waktu, kesenian ini telah mengukir jejak bersejarah dan membangkitkan nilai-nilai budaya dan warisan bersejarah yang mengukir jejak penting dalam kebudayaan Indonesia selama berabad-abad. Saat ini, wayang juga telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Wayang memiliki bermacam-macam jenisnya. Di tanah Sunda, wayang yang menjadi ciri khas di Jawa Barat adalah wayang golek.
Asal-Usul Wayang Golek
Wayang golek pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kudus pada tahun 1583 sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran Islam. Sunan Kudus membawakan cerita kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai Islam, diselingi dengan humor untuk memikat perhatian para penonton.
Pada awalnya, wayang golek hanya digunakan oleh santri dan ulama. Namun, ketika cicit Sunan Kudus, Panembahan Ratu (1640-1650), memimpin Kesultanan Cirebon, pertunjukan wayang golek cepak mulai populer di tanah Pasundan. Pangeran Girilaya (1650-1662) turut memperluas popularitas wayang golek saat memerintah. Seiring dengan dibukanya Jalan Raya Daendels, wayang golek tersebar luas ke seluruh penjuru Jawa Barat.
Bahan Dasar Wayang Golek
Boneka wayang golek memiliki bahan dasar utama berupa kayu. Jenis kayu yang umumnya digunakan untuk pembuatan wayang golek, yaitu kayu mahoni dan kayu albasia. Kayu-kayu tersebut diolah sedemikian rupa hingga berwujud tiga dimensi dan menyerupai tokoh-tokoh pewayangan.
Uniknya, bagian kepala pada wayang golek dibuat tidak menyatu dengan tubuhnya sehingga menjadi bagian yang dapat terlepas. Bagian kepala hanya dihubungkan dengan tangkai yang menembus rongga tubuh wayang golek tersebut.
Untuk membuat penampilannya lebih hidup, boneka wayang golek juga akan dilukis dan dikenakan kain yang dihias agar benar-benar menyerupai tokoh aslinya.
Cerita dan Musik dalam Wayang Golek
Wayang golek memiliki cerita yang mirip dengan pertunjukan wayang pada umumnya. Terdapat pertunjukan wayang golek yang mengadaptasi cerita-cerita Ramayana dan Mahabharata. Namun, ada pula yang mengangkat tema cerita rakyat, seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang.
Alur cerita pada wayang golek akan ditemani oleh musik gamelan, yaitu ansambel musik tradisional Jawa yang terdiri dari berbagai instrumen perkusi, seperti gong, kendang, selentem, bonang, gambang, dan rebab. Musik ini mengiringi pertunjukan dan menciptakan atmosfer yang khas.
Tokoh dalam Wayang Golek
Setiap tokoh dalam cerita wayang golek memiliki ciri khas dan sifat yang unik. Beberapa tokoh yang cukup terkenal dalam pertunjukan wayang golek, yaitu cepot, gareng, dan gatotkaca.
Cepot adalah sosok yang berasal dari kalangan masyarakat biasa. Tokoh ini memiliki wajah berwarna merah, yang menggambarkan keberanian dan hawa nafsu. Cepot memiliki sebutan lain, yaitu Astrajingga atau Sastra Jingga, yang berarti Nilai Merah.
Sementara itu, Gareng adalah sosok yang dikenal dapat menghibur. Ciri gareng yang paling kentara adalah fisiknya yang tidak sempurna. Sosok Gareng dalam wayang golek dianggap sebagai pesan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, juga untuk menghormati hak-hak orang lain.
Bagaimana dengan gatotkaca? Ia mungkin menjadi salah satu tokoh wayang yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan pernah dibuatkan film layar lebarnya sendiri. Dikenal dengan sebutan otot kawat dan tulang besi, Gatotkaca digambarkan sebagai manusia dengan kekuatan super yang bahkan dapat terbang. Tokoh Gatotkaca mengajarkan kepada manusia agar selalu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menjalankan kewajiban, dan meninggalkan angkara murka.
Dalang dan Sinden dalam Wayang Golek
Pertunjukan wayang golek dimainkan oleh seorang dalang. Selain menggerakan boneka-boneka wayang golek, dalang juga berperan sebagai pemimpin dan pencerita tentang kisah yang dimainkan. Dalang turut menyampaikan nasihat atau petuah yang terkait dengan tokoh-tokoh wayang golek pada pertunjukannya.
Tentu saja, dalang tidak berperan sendiri dalam pertunjukan wayang golek. Agar ceritanya lebih menarik dan terasa hidup, pertunjukan wayang golek diiringi dengan para pemusik dan sinden. Keberadaan sinden dalam pertunjukan wayang golek baru ada pada tahun 1920-an. Popularitas sinden kala itu cukup tinggi, bahkan hingga mengalahkan popularitas sang dalang wayang golek itu sendiri.
Seiring berjalannya waktu, seluruh pihak yang terlibat dalam pertunjukan wayang golek menciptakan harmoni yang khas sehingga membuat ceritanya lebih menarik dan terasa hidup. Hal-hal tersebut membuat penonton dapat sepenuhnya menikmati, sambil memetik nilai-nilai berharga yang ada dalam pertunjukan wayang golek.
Referensi :
- Bellboy, M. (2024, 30 Mei). Fakta Menarik Wayang Golek, Kesenian Indonesia asal Tanah Sunda. Traveloka. https://www.traveloka.com/id-id/explore/destination/wayang-golek-acc/362111
- Ayesha, L. (2023, 5 November). Mengenal Wayang Golek: Warisan Budaya Indonesia Asal Jabar. detikJabar. https://www.detik.com/jabar/budaya/d-7019717/mengenal-wayang-golek-warisan-budaya-indonesia-asal-jabar